Alergi merupakan suatu kondisi reaksi hipersensitivitas yang terjadi ketika sistem imun bekerja secara berlebihan terhadap bahan yang umumnya tidak menimbulkan reaksi pada orang normal. Bahan penyebab alergi disebut alergen yaitu misalnya debu, jamur, tungau, bulu binatang, atau makanan, seperti kacang-kacangan, telur, kerang, ikan dan susu.
Berdasarkan survei penelelitian pada tahun 2011 didapatkan angka persebaran alergi obat di berbagai negara dunia, yaitu Eropa sebanyak 18.2%, Asia pasifik sebanyak 19.5%, Amerika Utara sebanyak 7.8%, Amerika Latin sebanyak 9.1%, dan bagian timur tengah dari Afrika sebanyak 3.9%. Jumlah angka kejadian alergi obat di Indonesia masih belum diketahui secara tepat, data terbaru hanya menunjukkan bahwa pada tahun 2009-2013 di kota Bandung, Indonesia dilaporkan sebanyak 57 kasus kejadian alergi obat.
Alergi obat adalah reaksi alergi yang tidak normal dari sistem kekebalan tubuh terhadap obat-obatan. Obat-obatan yang dimaksud termasuk obat bebas, obat resep, dan obat herbal, baik yang diminum maupun digunakan dengan cara lain. Gejala paling umum dari alergi obat-obatan adalah demam serta gatal dan ruam pada kulit. Kondisi ini dapat mempengaruhi setiap orang dengan cara yang berbeda-beda, tergantung tingkat keparahan alergi dan seberapa banyak obat yang Anda konsumsi.
Sistem kekebalan tubuh pada dasarnya membantu melindungi tubuh dari penyakit. Sistem imun dirancang untuk melawan penyebab penyakit, seperti virus, bakteri, parasit, dan zat berbahaya lainnya. Namun, pada kasus alergi obat, sistem kekebalan tubuh salah mengira obat yang masuk ke tubuh sebagai salah satu penyerang tubuh. Tubuh menanggapi obat sebagai ancaman, sehingga sistem kekebalan pun mulai membuat antibodi. Hal tersebut merupakan protein khusus yang diprogram untuk menyerang ancaman. Namun, sayangnya dalam hal ini yang diserang adalah obat.
Apa bedanya dengan efek samping obat?
Alergi obat berbeda dengan efek samping obat. Efek samping adalah dampak yang mungkin dialami orang sehat yang minum obat, serta tidak selalu melibatkan sistem imun. Kondisi ini mungkin merugikan, tapi juga bisa menguntungkan. Misalnya, aspirin yang digunakan untuk mengobati sakit kepala sering menyebabkan sakit perut. Akan tetapi, obat ini juga mempunyai efek samping yang menguntungkan, yakni mengurangi risiko serangan jantung dan stroke.
Top of Form
Bottom of Form
Sementara itu, reaksi alergi merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh reaksi sistem imun manusia terhadap zat pemicu alergi. Dalam kasus ini, zat pemicunya adalah obat yang Anda gunakan.
Gejala Alergi Obat
Gejala umumnya terjadi beberapa jam setelah menggunakan obat tersebut. Namun, gejala dapat juga timbul bertahap, tidak langsung muncul saat pertama kali menggunakan obat. Pada sebagian kasus, gejala baru timbul setelah beberapa hari atau setelah beberapa minggu menggunakan obat. Gejala yang umum dialami pengidap antara lain:
- Ruam kemerahan atau bentol pada kulit.
- Gatal.
- Demam.
- Bengkak.
- Sesak napas atau napas berbunyi.
- Batuk.
- Mata gatal dan berair.
Selain gejala yang disebutkan di atas, reaksi alergi berat atau anafilaksis dapat disertai dengan:
- Jantung berdetak dengan cepat.
- Saluran pernapasan dan tenggorokan menyempit, sehingga sulit bernapas.
- Gelisah dan cemas.
- Pusing.
- Hilang kesadaran atau pingsan.
- Tekanan darah turun drastis.
Pada kondisi yang sangat serius dan mengancam nyawa, gejala dapat disertai dengan:
- Kulit berwarna kemerahan dan nyeri.
- Kulit bagian luar mengelupas.
- Kulit terlihat melepuh.
- Demam.
- Ruam atau lenting menyebar ke mata, mulut, dan area kelamin.
Jika ditemukan gejala alergi berat atau sangat serius, pengidap harus segera dilarikan ke rumah sakit.
Penyebab Alergi Obat
Ada kemungkinan kamu tidak menyadari paparan awal terhadap obat. Beberapa bukti menunjukkan bahwa beberapa obat, seperti antibiotik, mungkin baik untuk sistem kekebalan dalam membuat antibodi.
Beberapa reaksi alergi obat bisa terjadi akibat proses yang berbeda. Para peneliti percaya bahwa beberapa obat dapat mengikat langsung ke jenis sel darah putih (sel T) dalam sistem kekebalan. Peristiwa ini memicu pelepasan bahan kimia yang dapat menyebabkan reaksi alergi saat pertama kali seseorang menggunakan obat tersebut. Alergi juga disebabkan sistem kekebalan tubuh salah mengidentifikasi suatu obat sebagai zat yang membahayakan tubuh. Akibatnya, tubuh akan membuat antibodi dan menyebabkan timbulnya gejala alergi.
Beberapa obat yang dapat menjadi penyebab alergi adalah:
- Antibiotik (contohnya Penisilin).
- Anti-radang (antiinflamasi) nonsteroid.
- Aspirin.
- Krim atau losion kortikosteroid.
- Anti-kejang (antikonvulsan).
- Obat-obatan penyakit autoimun.
- Obat-obatan herbal.
- Insulin.
- Vaksin.
- Obat-obatan hipertiroidisme.
- Obat-obatan kemoterapi.
- Obat-obatan infeksi HIV dan AIDS.
- Produk bee pollen.
- Bahan kontras yang digunakan pada tes pencitraan (radiocontrast media).
- Obat bius (anestesi).
Faktor Risiko Alergi Obat
Tidak semua orang berisiko mengalaminya. Beberapa faktor risikonya adalah:
- Peningkatan paparan terhadap suatu obat, misalnya karena penggunaan berulang, dalam waktu yang panjang, atau dengan dosis yang tinggi.
- Keturunan. Jika terdapat anggota keluarga yang alergi terhadap suatu obat, seseorang akan lebih berisiko mengalaminya.
- Memiliki alergi jenis lain, misalnya alergi makanan.
- Memiliki alergi terhadap obat-obatan yang lain, misalnya seseorang yang alergi terhadap penisilin juga akan alergi dengan amoxicillin.
- Mengidap penyakit tertentu, seperti HIV atau infeksi virus Epstein-Barr.
Diagnosis Alergi Obat
Diagnosis dilakukan melalui beberapa langkah, antara lain:
- Riwayat perjalanan alergi obat, riwayat alergi lainnya, dan riwayat alergi pada keluarga.
- Pemeriksaan fisik yang berkaitan dengan gejala alergi, meliputi ruam kemerahan, lenting, serta memeriksa keadaan saluran napas dan jantung pengidap.
- Pemeriksaan laboratorium meliputi tes kulit (skin test) dan tes darah.
Pencegahan Alergi Obat
Jika kamu memiliki alergi obat, pencegahan terbaik adalah menghindari masalah obat. Langkah-langkah yang dapat kamu lakukan untuk mencegahnya antara lain:
- Menginformasikan pada dokter atau tenaga kesehatan. Pastikan bahwa alergi diidentifikasi dengan jelas dalam catatan medis. Beri tahu juga penyedia layanan kesehatan lainnya, seperti dokter gigi atau spesialis medis lainnya.
- Gunakan identitas yang menunjukkan alergi obat. Hal ini bisa berupa gelang peringatan medis yang mengidentifikasi alergi. Informasi ini dapat memastikan perawatan yang tepat dalam keadaan darurat.
Penatalaksanaan mandiri yang dapat dilakukan di rumah?
Alergi obat merupakan kondisi yang berdampak besar bagi kesehatan. Selain memicu berbagai gejala pada tubuh, kondisi ini juga dapat menghambat pengobatan karena Anda harus mencari alternatif obat yang lebih aman.
Langkah terbaik yang dapat Anda lakukan untuk mencegah alergi obat adalah berhenti minum obat yang menjadi pemicunya, dan periksakan diri Anda ke dokter. Pemeriksaan sedini mungkin bisa mencegah reaksi alergi parah di masa yang akan datang. Coba tanyakan kepada dokter apakah ada obat jenis lain yang bisa Anda gunakan sebagai alternatif.
Apabila mengalami alergi obat dengan gejala ringan, maka dapat melakukan perawatan mandiri di rumah. Cara mengatasi alergi obat, di antaranya dengan mandi air dingin, memberi kompres dingin atau mengoleskan losion calamine pada kulit atau area tubuh yang terasa gatal dan muncul ruam, serta konsumsi obat antihistamin.
Saat mengalami gejala alergi obat, usahakan tidak panik. Jika gejala yang muncul tak kunjung membaik, maka segera bawa ke dokter atau ke Rumah Sakit agar penanganan dapat dilakukan secara cepat dan tepat.
Sumber :
https://www.halodoc.com/kesehatan/alergi-obat
https://hellosehat.com/alergi/alergi-lainnya/alergi-obat/
http://news.unair.ac.id/2021/08/24/profil-faktor-faktor-determinan-terhadap-severitas-alergi-obat