Natira adalah sosok perempuan inspirasi yang berasal dari desa pesisir batu belubang provinsi kepulauan bangka belitung. Desa ini memiliki kondisi tipografi sebagai daerah pesisir. Sebagaimana tipografi dari desa pesisir, kehidupan sosial ekonomi masyarakatnya sangat erat dan mengandalkan hasil alam yakni tangkapan laut.
Bisa dikatakan profesi utama dari masyarakat desa pesisir desa batu belubang adalah sebagai nelayan. Berbicara mengenai nelayan, kaum laki-laki selalu menjadi sentra utama dalam kegiatan perikanan. Namun pada kenyataannya, di desa pesisir batu belubang para kaum perempuan khususnya istri-istri para nelayan juga memiliki peran penting dibandingkan kaum laki-laki baik di area domestik maupun pada kegiatan produktif yang berhubungan dengan perikanan.
Kondisi alam yang tidak selalu bersahabat dalam jangka waktu yang cukup lama mengakibatkan kaum lelaki para nelayan di desa batu belubang tidak dapat melaksanakan aktivitas melaut menangkap ikan sehingga hal ini menuntut peran kaum perempuan istri nelayan untuk membantu suami mereka mencari sumber pencaharian bagi keberlangsungan kehidupan sosial ekonomi keluarga mereka.
Disinilah peran signifikan kaum perempuan seperti yang dilakukan oleh seorang sosok perempuan bernama Natira yang memberdayakan kaum perempuan khususnya istri-istri nelayan yang ada di desa pesisir Batu Belubang. Selama 12 tahun Natira telah berhasil mengembangkan kelompok usaha bersama atau dikenal “ KUBE PADAI’DI” yang bergerak di sektor produksi pengolahan hasil perikanan di desa Batu Belubang.
Melalui kelompok usaha bersama ini jugalah, Natira memberdayakan kaum perempuan para istri nelayan desa batu belubang yang menjadi sumber penghasilan tambahan untuk membantu ekonomi keluarga mereka.
Dikisahkan Natira usaha “KUBE PADAI’DI” yang Ia dirikan dilatarbelakangi melihat kondisi keadaan suami mereka yang adalah nelayan tidak dapat melaut dikarenakan kendala cuaca dan alam tidak bersahabat, kondisi ini tidak jarang mereka tidak memiliki penghasilan sama sekali untuk dibawa pulang guna memenuhi kebutuhan hidup keluarga mereka, sementara biaya kebutuhan hidup dasar harus mereka penuhi.
Keterbatasan keterampilan yang dimiliki kaum perempuan desa pesisir untuk memproduksi barang jasa juga menjadi faktor yang memicu kerentanan kehidupan sosial ekonomi keluarga-keluarga nelayan di desa pesisir Batu Belubang. Bisa dikatakan pengolahan hasil perikanan adalah keterampilan utama yang umumnya dimiliki oleh kaum perempuan di desa pesisir Batu Belubang.
Berangkat dari sinilah, Natira yang dibantu oleh kaum perempuan di desa Batu Belubang bersepakat untuk memulai usaha “ KUBE PADAI’DI” yang memfokuskan usahanya pada pengolahan hasil perikanan. Dalam perjalannya selama kurang lebih 12 tahun, Natira terus mengembangkan usahanya bersama dengan kaum perempuan istri nelayan Desa Batu Belubang.
Jatuh bangun di dalam menjalankan usaha bersama “ KUBE PADAI’DI” dikisahkan Natira juga Ia alami. Keterbatasan hasil tangkapan laut yang dihasilkan para nelayan, biaya bahan baku operasional pengolahan yang tidak stabil dan cenderung mengalami kenaikan acapkan tidak sebanding dengan keuntungan yang mereka peroleh. Namun kondisi tersebut, dikisahkan Natira tidak menyurutkannya bersama-sama dengan kaum perempuan di desa untuk terus menjaga keberlangsungan usaha “ KUBE PADAI’DI” yang sekarang menjadi andalan sumber matapencaharian mereka.
Kegigihan Natira bersama kaum perempuan istri-istri nelayan di desa Batu Belubang mempertahankan usaha mereka, kini telah membuahkan hasil. Keberhasilannya di dalam menjalankan usaha “ KUBE PADAI’DI” selama 12 tahun mendapatkan perhatian pemerintah daerah dan pemerintah pusat yang membantu agar keberlangsungan usaha padat karya “ KUBE PADAI’DI” yang dikembangkan oleh Natira dapat terus berkembang.
Perjalanan 12 tahun dikisahkan Natira dan kaum perempuan yang tergabung dalam kelompok usaha “ KUBE PADAI’DI” bukanlah hal mudah. Jatuh bangun menjalankan usaha telah ia alami di dalam menjalankan usaha. Dulunya, dikisahkan Natira terdapat lebih dari 10 kelompok usaha bersama “ KUBE” yang dibentuk oleh pemerintah untuk memberdayakan masyarakat desa. Namun tidak dipungkiri banyak juga “KUBE” yang harus gulung tikar atau tidak beroperasi lagi.
Berkaca dari kondisi tersebut, dituturkan Natira telah memberikan dampak secara psikologis baginya dimana rasa “ ketidakmampuan” menjalankan usaha Ia alami, namun berkat ketekunan, rasa kekeluargaan dan dorongan dari kaum perempuan istri nelayan yang tergabung dalam kelompok usahanya yang terus mendukungnya, menjadi semangat bagi Natira untuk terus mengembangkan kelompok usaha bersama “PADAI’DI”.
Bagi Natira, usaha “KUBE PADAI’DI” tidak saja di pandang sebagai ladang usaha sumber pencaharian, namun melalui kelompok usaha bersama ini juga sebagai sarana bagi kaum perempuan istri nelayan untuk membangun relasi hubungan kekerabatan dan kekeluargaan. Disini disaat mereka berkumpul mengolah hasil tangkapan ikan menjadi produk yang bernilai, mereka saling bersenda gurau dan bertukar cerita pengalaman yang mereka alami.
Sementara itu kaum perempuan di desa Batu Belubang, Sosok Natira adalah ibarat “Pahlawan” yang telah membantu meningkatan ekonomi keluarga nelayan yang ada di desa Batu Belubang. Sebelum adanya kelompok usaha bersama “ KUBE PADAI’DI” dikisahkan kaum perempuan yang tergabung dalam usaha tersebut, bahwa mereka tidak jarang harus berhutang dengan para tengkulak guna memenuhi kebutuhan hidup mereka di saat suami mereka yang nelayan tidak dapat melaut dikarenakan kondisi cuaca yang tidak mendukung untuk melakukan aktivitas penangkapan ikan. Namun kini berkat kelompok usaha “ KUBE PADAI’DI” yang diinisiasi oleh Natira telah membawa perubahan dalam kehidupan ekonomi mereka.
Bahkan keberadaan KUBE PADAI’DI yang dikembangkan Natira, tidak saja memberikan dampak signifikan bagi kaum perempuan para istri nelayan, namun juga bagi pengusaha tangkapan ikan besar yang kini dengan adanya kelompok usaha pengolahan ikan telah menampung hasil tangkapan ikan mereka yang tidak dapat di jual dipasaran, kini dapat dijualnya ke kelompok usaha pengolahan makanan seperti yang dikembangkan Natira melalui KUBE PADAI’DI untuk kemudian diolah menjadi produk bernilai.
Produk -produk makanan hasil pengolahan tangkapan laut yang dilakukan oleh KUBE PADAI’DI pun kini hampir ada di setiap sentra UMKM tidak saja hanya dipasarkan di wilayah lokal pangkalpinang, bahkan kini hasil pengolahan ikan pun telah dijual keluar daerah. Jika hasil tangkapan nelayan yang melimpah, dikisahkan Natira, kelompok usaha bersamanya dapat memenuhi kebutuhan pasar lokal dan luar.
Kini melalui kelompok usaha “ KUBE PADAI”DI” yang dikembangkan oleh Natira tidak saja berfokus pada pengembangan pengolahan hasil tangkapan ikan. Bahkan dengan ilmu keterampilan yang mereka dapatkan dari pelatihan-pelatihan yang diberikan, kaum perempuan istri nelayan yang tergabung dalam “ KUBE PADAI’DI” juga telah mampu memproduksi barang – barang kerajinan yang menjadi ciri khas masyarakat lokal desa setempat.
Sejalan dengan waktu keberhasilan Natira mengembangkan usaha “KUBE PADAI’Di dan membantu memberdayakan kaum perempuan istri nelayan yang ada di desanya pun mulai membuahkan hasil, karena kini bantuan untuk pengembangan usaha “KUBE PADAI’DI” pun mulai didapatkan oleh Natira. Bantuan yang diberikan pemerintah kepada usaha “KUBE PADAI’DI” yang dikembangkan Natira tidak terlepas dari dampak positif yang telah diberikan oleh Natira dalam memberdayakan dan meningkatkan taraf kehidupan masyarakat desa setempat.
Tidak hanya bantuan materi dan materil, peningkatan kapasitas kaum perempuan di desa betu belubang pun khususnya di dalam pengembangan sektor UMKM terus dilakukan oleh pemerintah guna meningkatkan kemampuan kaum perempuan desa pesisir melalui kelompok KUBE PADAI’DI yang dibina oleh Natira. Selain itu, kemudahan perizian usaha dari pemerintah daerah setempat pun telah Ia dapatkan.
Berpikir bahwa semua itu mungkin dan tidak ada yang tidak ada yang tidak berguna adalah motto yang selalu dipegang teguh oleh Natira dalam menjalankan usaha “KUBE PADAI’DI” untuk membantu kaum perempuan istri nelayan di desa Batu Belubang. Kini Ia bersama kaum perempuan istri nelayan Desa Batu Belubang berharap agar banyak kaum perempuan di desa lebih berdaya.