dalam dunia kerja, konflik tentu bisa terjadi. Entah itu karena masalah personal, persaingan kerja, kompetisi tidak sehat, masalah dengan atasan dan lain – lain bisa saja terjadi. Tergantung pekerjaan Anda, konflik ini juga bisa berbentuk berbeda.
Setiap konflik bisa jadi kasus yang unik karena pengaruh banyak faktor, walaupun begitu hal ini tidak bisa dibiarkan. Kasus konflik yang terlihat simple bisa jadi masalah besar jika dibiarkan. Untuk mencegah hal ini menjadi makin parah, mari bahas bersama bentuk konflik dunia kerja yang sering terjadi dan bagaimana cara mengatasinya.
Konflik adalah ketidaksesuaian, perselisihan, pertentangan, atau adanya posisi yang bersebrangan antara satu pihak dengan pihak lainnya, baik antar individu maupun antar kelompok.
terdapat empat konflik yaitu konflik vertikal, konflik horizontal, konflik garis-staf, konflik peranan.
1) Konflik vertikal
Konflik ini terjadi antara individu atau kelompok yang memiliki kedudukan yang berbeda dalam organisasi, misalnya konflik yang terjadi antara bawahan dan atasan.
2) Konflik horizontal
Konflik ini terjadi antara individu atau kelompok yang memiliki kedudukan yang sama atau setingkat dalam organisasi. Misalnya konflik yang terjadi antara karyawan atau antar departemen yang setingkat.
3) Konflik lini-staf
Konflik ini terjadi antara karyawan lini yang biasanya memegang posisi komando, dengan pejabat staf yang biasanya berfungsi sebagai penasehat dalam organisasi.
4) Konflik peranan
Konflik ini terjadi karena seorang individu mengemban lebih dari satu peran yang saling bertentangan.
Sumber Penyebab Konflik
- Perbedaan tujuan
Organisasi yang baik adalah organisasi yang mampu menetapkan tujuan dengan tepat, sehingga setiap anggota organisasi akan mengetahui kemana arah oraganisasi tersebut. Namun dalam kenyataannya, terkadang sering terjadi perbedaan antara individu maupun kelompok dalam menafsirkan tujuan organisasi menjadi tujuan bagian/departement. Sehingga seolah-olah atau memang masing-masing bagian mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Jika tidak dikoordinasikan dengan baik, maka akan menimbulkan konflik, baik antar individu maupun antar kelompok.
- Kelangkaan sumber daya
Organisasi tidaklah dibangun dengan sumber daya yang tidak terbatas (unlimited). Organisasi justru terbentuk dengan segala keterbatasan ataupun kelangkaan yang dimiliki, yang kemudian dikelola dengan baik dan dialokasiakan sesuai dengan kebutuhannya. Dalam pengalokasian sumber daya tersebut terkadang tidak sama atau ada prioritas dalam penggunaanya. Sehingga satu bagian mungkin menerima lebih sedikit dari bagian lain atau menerima pada waktu yang lebih lama dibandingkan dengan bagian lain. Perbedaan jumlah waktu ataupun alokasi yang diakibatkan oleh kelangkaan ini dapat mengakibatkan timbulnya konflik.
- Saling ketergantungan dalam menjalankan pekerjaan
Dalam suatu organisasi adalah wajar apabila banyak yang saling terlibat ataupun berhubungan, hal ini dapat menjadikan saling ketergantungan antara satu pihak terhadap pihak lain. Kondisi seperti ini juga dapat menimbulkan konflik jika salah satu pihak tidak mampu menyelesaikan tugasnya tepat waktu .
- Perbedaan dalam sikap dan perilaku
Perbedaan sikap berkaitan dengan bagaimana individu atau kelompok bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perbedaan antara sikap dan perilaku hati-hati atau terburu-buru akan menimbulkan konsekuensi yang berbeda dalam pencapaian suatu tujuan.
- Sebab-sebab lain.
Sebab lain diantaranya gaya bekerja individu, ketidakjelasan dalam batasan pekerjaan, adanya hambatan komunikasi, adanya tekanan dalam pekerjaan (misalnya deadline), standar,pertauran, kebijakan yang tidak masuk akal, perbedaan status, serta harapan yang tidak mampu terwujud dalam sebuah organisasi.
Manajemen Konflik Dalam Organisasi
Konflik tidak hanya terjadi antar individu saja, konflik juga dapat terjadi pada kelompok, organisasi bahkan sampai ke level negara. Untuk itu perlu adanya upaya untuk mendapatkan kesesuaian atau kesepahaman pada pihak yang mengalami konflik. Upaya tersebut disebut dengan pengelolaan konflik atau lebih dikenal dengan istilah “Manajemen Konflik”.(3)
Manajemen Konflik merupakan langkah yang dapat digunakan individu atau kelompok untuk menghadapi pertentangan atau perselisihan yang terjadi di dalam kehidupan. Manajemen konflik menjadi suatu kajian yang penting untuk dipelajari dan dipahami dalam meyelesaikan potensi konflik atau konflik itu sendiri, sehingga menghasilkan kesamaan sudut pandang (perception) dan kepentingan (interest).
Konflik dalam suatu organisasi dapat terjadi karena tersendatnya arus komunikasi antar pihak, yang menimbulkan kecurigaan, atau praduga yang dapat mengarah pada tindakan-tindakan yang merugikan semua pihak dalam organisasi.
Tahapan Manajemen Konflik
1) Pencegahan konflik
Tahapan ini adalah tahapan yang dilakuakan dalam menata konflik sebelum terjadinya perselisihan atau ketidaksetujuan suatu pihak atas pihak lainnya. Tujuannya adalah untuk mencegah munculnya konflik yang keras antara satu pihak dengan lainnya.
2) Penyelesaian konflik
Tahapan ini adalah tahapan yang dilakuakan dalam menata konflik ketika pertentangan dan perselisihan telah terjadi. Tujuannya adalah untuk mengakhiri perselisihan, ketidaksetujuan, atau perilaku kekerasan melalui suatu persetujuan persamaan pendapat atau persetujuan untuk mengakhiri suatu kekerasan atau upaya untuk menciptakan perdamaian
3) Pengelolaan konflik
Tahapan ini adalah tahapan yang dilakukan dalam menata konflik pada saat perselisihan atau pertentangan sulit untuk di damaikan. Tujuannya untuk membatasi meluasnya pertentangan, serta menghindari penggunaan kekerasan dengan mendorong para pihak untuk berprilaku positif terhadap pihak lain.
4) Resolusi konfik
Tahapan ini adalah tahapan yang dilakukan dalam menata konflik melalui upaya pencariab dan penanganan penyebab utama dari konflik yang terjadi. Tujuannya adalah guna membangun hubungan barau antar individu atau kelompok yang bertentangan, sehingga tercipta hubungan yang harmonis dan berkelanjutan antar pihak yang awalnya bersebrangan.
5) Transformasi konflik
Tahapan ini adalah tahapan yang dilakukan dalam menatakonflik melalui perubahan-perubahan atas kekuatan-kekuatan yang ada di tiap-tiap kelompok. Tujuannya adalah untuk mengatasi sumber konflik, baik sosial maupun politik yang lebih luas dengan mengubah kekuatan negatif menjadi kekuatan positif.
Stategi Penyelesaian Konflik
Konflik dan kehidupan bermasyarat memang sangat erat sehingga tidak dapat dipisahkan disebabkan keduanya itu sejajar atau sama. Contohnya karena perbedaan status, budaya, agama dan keterbatasan sumber daya itu adalah factor-faktor yang dapat menyebabkan konflik. Oleh sebab itu maka dibutuhkan strategi penyelesaian konflik. Terdapat 5 strategi umum yang dapat menyelesaikan konflik yaitu ada penghindaran, akomodasi, kompetinsi, kompromi dan kolaborasi.
· Penghindaran : Staregi ini dikenal dengan sebutan kura-kura, mengapa demikian karena liat saja kura-kura yang selalu menarik diri berlindung ditempurungnya ketika dihadapkan dalam suatu masalah. Strategi ini biasanya digunakan disituasi dimana akan kerjadi kerusakan atau kerugian yang besar.
· Akomodasi : Strategi ini dikenal dengan sebutan gaya rusa deer style disini kepentingan pribadi menjadi tidak penting serta menjaga kerukunan. Strategi ini dilakukan dengan memberikan kepercayaan melakukan kerjasama atau membiarkan pihak lain menemukan langkah-langkah penyelesaian masalah.
· Kompetisi : Strategi ini dikenal dengan gaya ikan hiu shark stile dimana satu pihak dinilai memiliki banyak informasi dan berada dalam posisi yang lebih baik, walaupun strategi ini dapat menimbulkan konflik berikutnya namun tidak ada salahnya untuk di coba.
· Kompromi : Strategi ini dikenal dengan gaya rubah fox style strategi ini dilakukan dengan saling member dan menerima atau member dan menawarkan. Solusi konflik secara bersamaan dan menguntungkan bagi semua pihak.
· Kolaborasi atau Integrasi : Srategi ini dikenal dengan gaya burung hantu owl style dilakukan dengan menyatukan pikiran dimana pihak yang sedang berkonflik memiliki tujuan yang
Dari 5 strategi tersebut selanjutnya dapat dilakukan langkah-langkah untuk menangani konflik yaitu dengan :
- Menerima, mendefinisikan dan merumuskan pokok masalah dengan jelas.
- Mengumpulkan keterangan dan fakta namun harus terhindar dari tercampurnya opini atau pendapat.
- Menganalisis dan memutuskan untuk pengambilan keputusan.
- Memberikan jawaban, pihak manajemen memberitahukan kepada pihak karyawan agar tidak menjadi keputusan satu pihak.
- Tindak lanjut dari keputusan yang telah diambil langkah ini diperlukan untuk mengawasi akibat dari keputusan yang telah dipakai.
Perundingan merupakan sebuah proses dimana dua belah pihak atau lebih saling bertukar barang atau jasa dan mencoba menyepakati jalan tengah perihal konflik yang terjadi. Perundingan dilakukan agar dapat memenuhi kepentingan bersama dan menetapkan penyelesaian yang paling memuaskan semua pihak.
Para perunding juga diharuskan mengetahui berbagai gaya (style) dalam berunding. Terdapat sembilan gaya dalam melakukan perundingan,yaitu : pencarian ,empati ,mencari tema bersama ,menghasilkan alternatif,menganggapi berbagai alternatif,mencari penyelesaian,membuka jalan buntu, mengikat diri kepada penyelesaian didalam kelompol,dan mengikat seluruh kelompok.
- Pencarian , gaya ini dilakukan melalui dialog untuk mendapat suatu pngertian antar pihak ,serta mendorong terjadinya keterbukaan antara pihak-pihak yang terlibat.
- Empati , gaya ini dilakukan dengan mengamati kondisi dab kecemasan orang lain ,yang bermaksud untuk mendapatkan pengertian baru dan informasi mengenai orang lain. Cara ini dimaksudkan untuk lebih mendekatkan satu pihak dengan pihak lain tanpa konflik.
- Mencari teman bersama, gaya ini dilakukan oleh pihak-pihak yang terlibat dengan cara mencari tujuan bersama-sama. Diharapkan dengan adanya tujuan dan presepsi yang sama akan mendapatkan hasil kesepakatan.
- Menghasilakan alternatif, cara ini dilakukan dengan jalan mencari alternatif sosial untuk mmenyelesaikan persoalan yang diperselisihkan. Alternatif penyelesaian ini digunakan untuk menghadapi beberapa situasi dan kondisi yang mungkin terjadi selama konflik.
- Menganggapi berbagai alternatif, pihak-pihak yang terlibat dalam konflik mempelajari dan memberikan tanggapan terhadap alternatif-alternatif penyelesain. Dengan dimaksudkan agar tidak ada keinginan dari sebelah pihak saja.
- Mencari penyelesain, kesepakatan antar pihak yang terlibat dalam menetapkan penyelesain terhadap sejumlah alternatif yang sudah dipelajari secara mendalam.
- Membuka jalan buntu, pihak ketiga yang objektif dan berpengalaman dapat diikutsertaan untuk menyelesaikan masalah jika kespakatan antar kedua belah pihak mengalami jalan buntu.
- Mengikat diri kepada penyelessaian didalam kelompok, pihak-pihak yang terlibat dapat memperdebatkan dan mempertimbangkan penyelesaian dan mengikatkan diri pada penyelesaian itu setelah dihasilkan penyelesaian yang disepakati.
- Mengikat/seluruh kelompok, tetap terakhir dari langkah penyelesaian konflik adalah dengan penerimaan atas suatu penyelesaian dari pihak-pihak yang terlibat konflik, serta adanya tanggung jawab dari pihak-pihak yang terlibat untuk konsekuen tershadap kesepakatan.
Konflik dapat terjadi pada siapapun maupun organisasi manapun. Untuk itulah baik individu, kelompok, maupun antar organisasi kita harus mampu mengelola konflik yang terdapat dalam organisasi sacara baik agar tujuan organisasi dapat tercapai tanpa hambatan-hambatan yang menciptakan terjadinya konflik.
Terdapat banyak cara dalam penanganan suatu konflik, manajer maupun pimpinan harus mampu mendiagnosa konflik yang terjadi agar konflik yang terjadi bisa diselesaikan dengan pengolahan atau proses yang baik ataupun cocok dengan konflik yang terjadi dalam organisasi.